Benny Wennas: Mulai dari kilometer nol

Benny WennasDia tidak hanya ikut mendirikan WOM (PT Wahana Ottomitra Muliartha) Finance, tetapi memimpin perusahaan itu menuju puncak. Setelah berhasil mengembangkan unit bisnis pembiayaan itu, kini dia mendirikan sebuah grup usaha sendiri, Barly Group. Berikut petikan pengalamannya.


Bisa diceritakan awal mula bisa berkecimpung di dunia bisnis?

Saya mengawali sebagai karyawan pada 1978, dengan gaji yang rendah di PT Charoen Pokphand Indonesia. Dalam perjalanan karier memang saya berkeinginan sekali menjadi chief executive officer (CEO), tetapi pelan-pelan mulai dari bawah dulu. Karena itu dari awal saya ingin belajar semua bidang, dari pembelian, marketing, pabrik, meski saat itu saya bekerja di perusahaan pakan ternak. Padahal posisi saya saat itu di accounting di perusahaan tersebut. Namun saya bergaul dengan orang-orang pabrik saat jam makan siang. Di tempat itu juga saya berbicara dengan marketing, juga dengan karyawan operasionalnya. Keingintahuan saya sangat besar. Jadi memang sudah dipersiapkan dari awal. Keinginan saya besar. Untuk itu harus ngotot. Makanya saya selalu bilang orang yang sukses itu tidak hanya pada sebatas kerja keras saja.

Kerja keras oke, kerja cerdas juga harus oke. Tapi dalam pekerjaan itu niat itu yang harus diperhatikan. Itu yang membuat orang ngotot.

Dari awal saya sudah punya niat, tapi harus ngotot juga. Itu yang saya tambahkan di sini. Ibarat kalau atlet atletik, dia berlatih saat hujan deras. Nah itu kerja ngotot. Keinginan saya besar dan mau belajar di banyak bidang, apa pun yang minta saya kerjakan. Jadi spirit yang ada untuk memperluas dan menambah diri, ilmu yang ada untuk menjadi bekal CEO itu.

Nah, harapan saya, pasti saya bertemu dengan bosnya dong, bisa sharing, syukur- syukur bisa dapat saham, dan di situ saya bisa pindah kuadran. Dari pemegang saham kecil dulu, sampai besar.

Bagaimana Anda memulai usaha sendiri?

Sampai dengan hari ini saya punya perusahaan.

Sebelumnya di WOM Finance saya juga punya saham, tetapi kecil. Ya di bawah 10%. Lalu saya jual sahamnya. Saya kumpulkan duit juga kan, lalu saya dirikan perusahaan yang lebih besar seperti sekarang ini. Jadi saya cari partner lagi untuk membentuk grup ini juga.

Saya merasakan bawahan dan manajemen yang saya bina dan saya tabur selama jadi pimpinan di WOM Finance, saatnya saya petik hasilnya. Maka pertama yang saya dirikan adalah Bess Finance.

Bess sebetulnya pada 2008 sudah saya setting, saya sudah punya saham. Pada 2010 lalu resmi masuk saham, jadi mengambil saham 32%, lumayanlah dengan modal sebesar Rp32 miliar. Secara grup menguasai 65%.

Tetapi sejak 2004, saya sudah mulai usaha kecil-kecilan. Sebagai persiapan kalau suatu ketika saya harus pergi dari CEO atau Presdir di WOM Finance. Waktu itu saya mulai membentuk usaha sendiri, mulai dari perusahaan, nama grupnya, setting kantornya sudah ada di sini. Semua harus dimulai dari kilometer nol.

Nah pada 2008, terbentuklah Bess Finance yang fokus pada kredit. Kenapa? Karena bisnis multifi nance itu besar, motor pangsa pasarnya terbuka luas.

Contohnya saja, saat ini pangsa pasarnya motor ada 7 juta bisa jadi Rp70 triliun, karena harga motor patokannya Rp10 juta per unit. Itu belum lagi mobil, motor itu kebutuhan bergerak terus. Motor bagi kita kan istilahnya dibenci tapi perlu, kalau di lalu lintas kan begitu. Sangat praktis dan murah, ini multifinance menggerakkan pasar ini. Bahkan saat di WOM saya bisa dapat Rp4 triliun.

Tahun lalu saja saya bisa booking Rp425 miliar, tahun ini harus lebih baik targetnya. Kalau baru saya kan tidak harus menjadi kompetitor mereka (WOM). Jadi kami punya pangsa pasar tersendiri saja. Jadi kalau membandingkan dengan mereka, saya kan masih baru, masih terbatas, saya rasa saya bukan konglomerat, ya kita kan beda dengan mereka. Makanya kita harus susun strategi dululah, yang segmented yang bekas, karena di pasar tersebut kurang pangsa pasarnya. Tidak harus membentuk perusahaan raksasa. Mereka sudah dapat Rp10 triliun, Rp12 triliun. Kita baru mulai sekitar di bawah itu saja, sekitar Rp1 triliun jadi mengambil yang remah-remah saja. Jadi kita berebutan setengah pangsa pasar mereka, setengah mati kita cari modalnya.

Yang penting ya bottom line-nya.. Hanya dari multifi nance sudah bisa dapat keuntungan. Tahun ini dari unit pembiayaan ini bisa meraih laba bersih Rp50 miliar. Tapi jangan lupa, jika sekarang beli motor baru, nah tahun depan kan sudah motor bekas lagi. Jadi kalau mereka (multifi nance) banyak yang baru-baru, kita menampung motor yang bekas saja. Ada alasannya memang. Kalau berbicara motor, tidak akan ada habis-habisnya pokoknya.

Apa filosofi yang mendorong Anda untuk selalu maju?

Saya dulu merasakan hidup yang merana. Pertama saya datang ke Jakarta dari Kalimantan, sempat terdampar di daerah Jembatan Lima, tempat tante saya. Hari pertama saya setelah mandi, di lingkungan itu ada daerah yang punya anak banyak, kotor, dan hidup di daerah yang kumuh. Keluarga yang berpenghasilan dari sopir, dan lain sebagainya. Saya berupaya mencari sumber permasalahannya, yaitu mereka masih muda, sudah kawin, anak banyak, tetapi usahanya tidak ada. Kalau orang tidak berusaha, kata pepatah China, kalau miskin ya bisa sampai tujuh turunan.

Jika mau keluar dari kemiskinan kuncinya harus punya kekuatan, di antaranya disiplin, niat, jadi ngoyo. Kalau tidak kita akan tetap bertahan di tempat yang dulu. Masih di Kali Ciliwung atau di mana. Makanya saya selalu bilang ke anak buah saya, “Ayo sini kita harus bisa berbagi. Ambil, apa yang bisa kamu ambil.”

Ada usaha lain yang dikembangkan Barly Group?

Saya juga sebagai kontraktor di salah satu kapal timah. Kami juga ada penyewaan mobil, ada sekitar 800 unit. Tahun ini kami tingkatkan menjadi 1.300 unit. Nasabahnya ada International Pharmaceutical Manufacturer Group (IPMG), perusahaan distribusi obat. Di samping itu kami punya trucking service juga untuk mengangkut Aqua, Mayora, dan lain-lain.

Kami masih harus belajar banyak. Kita juga sedang dalam proses mendirikan perusahaan asuransi kerugian supaya sinergis dengan usaha pembiayaan. Dan yang lebih penting sekarang kami mulai fokus sektor mining, yakni nikel. Kita sedang funding untuk kuasa pertambangan (KP) yang berlokasi di wilayah timur, yaitu di Halmahera. Namanya PT Petramindo Mining Resources.

Ada pengalaman sulit yang pernah dialami?

Syukur-syukur belum ada yang sangat berat. Yang lumayan berat sih saat subprime mortgage. Saat itu usaha kami juga terkena dampaknya. Saya merumahkan karyawan. Ada sekitar 250 karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Saya bicara ke mereka baik-baik dan meminta mereka bersabar. Saat itu saya katakan, “sekarang kondisi lagi enggak bagus, lagi ada turbulensi. Saya minta kalian mundur, namun jika kalian punya nomor handphone saya catat. Setiap saat jika saya perlu, saya akan kembali memanggil kalian.” Terbukti, mereka kembali semua. Beberapa yang jadi kepala wilayah saya sekarang dan mereka pernah bilang ke saya. “Pak, dulu bapak yang memecat saya lho”. Lalu saya berusaha menjelaskan dulu itu bukan memecat , tetapi merumahkan sementara. Tidak bisa serentak berbicara keras. Saya menggunakan bahasa yang lebih halus. Saya memang melakukan kesalahan dengan melakukan tindakan ini (PHK), supaya saya bisa menolong yang lainnya. Kadang-kadang kita harus bisa berbicara secara sadar, menyentuh hati mereka, bahkan saat mereka mengusulkan untuk dipotong gaji 15% guna mengurangi beban perusahaan. Lalu saya jawab oke!, saya jadi terharu saat itu. Makanya, saat cuaca baik, saya menaikkan gaji mereka banyak. Meski utangnya perusahaan belum dilunasi.

Sampai mereka bilang “bravo...bravo...” Pokoknya harus berdialog, dan saya harus muncul dan kita pemimpin harus berdialog kepada bawahan agar mereka paham dan puas. Saya bersyukur, mereka sekarang sudah bagus dan tumbuh dengan baik.

Anda dulu pernah membawa WOM untuk ke pasar modal? Apa BES Finance juga dibawa ke sana?

Ya saya yang membawa WOM ke bursa, dulu modalnya Rp10 miliar. Saya berhasil menjual sisa saham saya di sana, untuk membangun Barly Group. Saya masih kecil saat ini. Tapi berkeyakinan bisa besar. Tahun depan saja, lendingnya bisa Rp2 triliun. Setahun lagi targetnya bisa go public. Jika sudah go public, bisa kita tingkatkan jadi Rp4 triliun.

Ada impian yang belum diwujudkan?

Wah kalau masalah itu ada banyak. Ingin anak kita sukses, para CEO nanti makmur. Kalau semua bisa sukses ya kita jadi bangga. Kita punya rumah besar, ya anak buah juga harus punya rumah besar. Untuk itu kerja harus dengan niat. Kadang-kadang saya terus mengajak anak buah untuk maju.

Ya tentu saja ada anak buah ini yang menanggapi, ada yang radarnya cepat, ada yang tidak. Saya selalu bilang ke mereka, “Anda harus berusaha menjadi karyawan tetap, tetapi tidak boleh tetap menjadi karyawan.”

Tapi dengan banyak sektor yang dimasuki bukankah pertanda Anda tidak fokus dalam berbisnis?

Seorang pebisnis tidak bisa dibawa ke arah mana bisnis ini berjalan. Contohnya pak Chairul Tanjung, mana kepikiran dia bisa memiliki Carrefour, dan lain-lainnya. Saya tidak pernah memberikan pernyataan ke anak buah, kita harus ke sini. Kita memang ingin sesuatu, tetapi kita harus perhatikan sumber daya dan dananya. Kita tidak bisa berbicara mau fokus ke mana, karena melihat selangkah demi selangkah. Pebisnis harus melihat semua peluang dan mencoba. Dengan itu dia menjadi terlatih. Ini bukan masalah rakus atau bagaimana. Kita harus bertumbuh dan membuka lapangan kerja. Ini kan tergantung situasi, kalau ada ya diambil. Saya harus mau CEO, dan pebisnis. Saya bilang yes .. Bidang apa? Saya jawab: tidak tahu. Saya pernah kursus di Hong Kong. Pulang dari sana saya bicara pada 1995 untuk mendirikan multifinance. Lalu saya bicarakan ke bos saya. Saya yang mencari partner, lalu perusahaan itu saya bawa menjadi listed company di bursa, dan mengeluarkan obligasi sampai Rp2 triliun. Harus ada intuisi yang terus dilatih.

Ada pesan bagi dunia usaha sekarang?

Ada. Harus kerja keras, kerja giat dan kerja ngotot. Karena saya dulu pertama digaji Rp100.000. Jangan menilai apa-apa dengan uang. Kalau kita sudah mampu akan datang sendiri. Jika uang sudah ada, kita bisa berbuat apa saja. Saya tidak pernah iri, karena saya punya value terhadap bank.

Sekarang bisa membutuhkan dana Rp1 triliun dari bank sudah bisa. Dulu jika bos tidak suka sama saya, saya datangi bos. Jika salah ya minta maaf, bukan berarti kita salah. Jangan sampai marah. Saat ini jarang sekali orang yang ngotot, karena banyak sekali orang yang ada beban langsung mundur. Intinya kita harus bertumbuh. Tuhan berkata, ‘kembangkan talenta kamu’.

sumber : http://www.bisnis.com/opini/15462-benny-wennas-mulai-dari-kilometer-nol


Artikel ini berjudul Benny Wennas: Mulai dari kilometer nol, dengan url http://rofikdawami.blogspot.com/2011/03/benny-wennas-mulai-dari-kilometer-nol.html
Klik di sini untuk melihat daftar isi blog ini.

Baca Juga Artikel Yang Ini

{ 0 komentar... Baca Semua / Tulis Komentar ! }

Posting Komentar

Informasi yang tersedia di ini dikumpulkan dari berbagai sumber, anda bebas untuk berkomentar, mengkritik, kasih saran ataupun Nyepam.. tapi yang SOPAN ya....
Terimakasih.


Warning: Komentar yang mengandung Sara, Pornografi dan Berbau Iklan "Halal" untuk saya hapus